Laman

E S A ___ M R

Sabtu, 20 Juni 2015

Princess Lupina si Pelupa


Assalamu'alaikum..
Esa mau cerita sedikit nih. Sebelum Esa libur, Esa sempat dipinjamkan buku oleh sahabat Esa, namanya Aulia. Dia meminjamkan aku buku "Princess Kocak". Yap, isinya tentang serial-serial lucu putri putri yang aneh. Esa mau berbagi cerita dari buku itu. Oke, baca ya. Komentar juga!



"Bagaimana caranya agar aku tidak lupa?"tanya Princess Lupina kepada Prince Edillo, kakaknya. Belakangan ini, dia semakin mudah lupa. Apalagi jika harus mengingat lebih dari satu pesan. Hampir bisa dipastikan, pesan terakhir saja yang bisa diingat Princess Lupina. Lama-kelamaan, Princess Lupina bosan jadi pelupa.
"Minum pil pengingat,"ujar Prince Edillo asal. Buk! Sebuah bantal melayang mengenai kepala Prince Edillo.
"Serius, dong,"omel Princess Lupina. Prince Edillo nyengir. Dia suka sekali menggoda Princess Lupina. "Mudah, catat saja," Prince Edillo menyodorkan kertas.
"Oh, iya!"Princess Lupina menepuk dahi. "Mengapa tak terpikirkan olehku?".
Prince Edillo tertawa. "Yang terpikir olehmu hanyalah lupa. Dasar Lupi Lupa,"canda Prince Edillo. Princess Lupina ikut tertawa. Dia sama sekali tidak marah. Itu benar, mungkin namanya saja harus diganti, agar Princess Lupina tidak mudah lupa.
"Lupina!"panggil Ratu.
"Ya, Bun,"
"Tolong, pergilah berbelanja. Bunda mau memasak kue cokelat kesukaanmu,"kata Ratu.
"Kue cokelat? Asyik!"seru Princess Lupina.
"Nah, ingat baik-baik, ya. Jangan sampai ada yang terlupa. Mentega, gula, telur, ceri,  krim ..."
"Tunggu...tunggu sebentar, Bun!"Princess Lupina mengambil selembar kertas dan mencatat daftar belanjaan di selembar kertas. "Mentega, gula, telur, ceri, krim..."Princess Lupina membaca ulang daftar yang ditulisnya.
"Jangan lupa, pengocok telur, Lupina,"Ratu mengingatkan. "Pengocok telur Bunda rusak,". Princess Lupina menambahkan pengocok telur dalam daftar belanja.
"Beres. Aku berangkat, Bun,"pamitnya.
"Daaah!"Princess Lupina melambai kepada Prince Edilo dan Ratu.
"Jangan sampai ada yang lupa, Lupi Lupa!"goda Prince Edillo.
"Tidak akan,"sahur Princess Lupina yakin.

Princess Lupina meloncat-loncat riang. Wuuuss! Angin bertiup kencang hari itu. Hampir saja kertas itu melayang terbang.
"Kalau tidak kau simpan dengan baik, kertas ini bisa terbang tertiup angin,"ujar Princess Lupina.
"Dimana tempat yang aman untuk menyimpan, ya?". Princess Lupina berpikir sejenak. Dia menimbang-nimbang. Masukkan ke tas? Tidak. Bagaimana kalau nanti tasnya tertinggal?
Ah, ya! Dia mendapat ide. Dia menggulung rambutnya, lalu mengikatnya dengan kencang. Kertas berisi daftar belanjaan diselipkan di rambutnya.
"Nah, sekarang sudah aman,"kata Princess Lupina senang. Sekarang, dia merasa tenang karena daftar belanjaan itu sudah tersimpan rapi. Dia pun melanjutkan perjalanan ke toko. Di tengah perjalanan, Princess Lupina bertemu dengan temannya, Mimi.
"Lupina! Main, yuk! Aku punya mainan baru,"ajak Mimi. Wow! Mata Princess Lupina membulat. Godaan terbesar baginya adalah bermain. Dia hampir mengangguk. Tapi, dia kemudian ingat tugasnya. Kalau Princess Lupina tidak membeli bahan-bahan untuk membuat kue itu, dia tidak akan menikmati kue istimewa buatan Ibunda Ratu.
Dia menggelengkan kepala kuat-kuat.
"Lain kali saja. Aku sedang bertugas," Princess Lupina melambaikan tangan kepada Mimi.
"Yaaah... Lupina,"Mimi kecewa.
"Besok , deh, aku mampir,"janji Princess Lupina.
"Sampai ketemu besok!"Mimi tersenyum senang.

Princess Lupina melompat-lompat. Pikirannya melayang pada mainan baru yang dikatakan Mimi. Seperti apa mainan itu? Princess Lupina penasaran. Sepanjang perjalanan, beberapa orang tersenyum melihatnya. Seorang putri dengan kertas menyusup di gulungan rambutnya, terlihat aneh. Tapi, Princess Lupina terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga tidak memedulikan tatapan aneh mereka.
"Aku harus segera belanja. Nanti jika tugasku sudah selesai, aku akan minta izin pada bunda untuk bermain ke rumah Mimi,"putus Princess Lupina.

Sampai di supermarket, Princess Lupina kebingungan.
"Apa yang harus kubeli, ya?"Princess Lupina merogoh sakunya, mencari-cari daftar belanjaan yang tadi disimpannya. "Dimana kertas itu, ya?".
"Mau beli apa?"sapa penjaga toko. Princess Lupina memandang ke sekelililing toko. Roti? Selai? Cokelat? Duh, dia jadi bingung melihat banyak barang di toko. Cokelat begitu menggoda. Tapi, sepertinya bukan itu yang dicarinya. Semuanya ada di dalam daftar belanja, tapi dia lupa dimana meletakkan kertas itu.
"Sesuatu alat untuk membuat kue ..."gumam Princess Lupina. "Ah, aku tahu! Pengocok telur!" serunya.
"Ini dia,"penjaga toko menyerahkan sebuah pengocok telur.
"Terima kasih," Princess Lupina membayar dan mengambil barang itu. Dia ingin cepat-cepat pulang dan pergi bermain ke rumah Mimi.

Sampai di istana, dia menyerahkan pengocok telur kepada ratu.
"Akhirnya, aku berhasil mengingat pesan bunda,"kata Princess Lupina bangga.
"Cuma ini?"tanya Ratu. "Mana belanjaan yang lain?". 
"Memangnya, Bunda pesan apa lagi?"
Ratu menghela napas. "Lupina, Bunda mau bikin kue. Lalu, mana bahan yang lainnya?". Princess Lupina menepuk dahi.
"Oh, iya! Maafkan, aku lupa, Bun,"sesal Princess Lupina.
"Tadi, kan, sudah dicatat, Lupina," Ratu mengingatkan.
"Kertasnya hilang, Bun,"Princes Lupina menunduk.
"Apa yang ada di rambutmu itu?"tanya Ratu. Princess Lupina meraba rambutnya dan mencabut kertas di gulungan rambut. 
"Astaga! Ini, kan, daftar belanjaan itu!"pekiknya. Dia tergelak, menyadari keteledorannya.
"Lupina... Cobalah mengingat-ingat dengan baik," Ratu menggeleng-gelengkan kepala. Sore itu, dia tidak jadi bermain bersama Mimi karena harus pergi lagi ke toko. Akibat lainnya,  dia kelaparan karena makan malamnya jadi terlambat. Oh, Princess Lupina!

***

Gimana seru tidak? Sumber dari buku princess kocak. Pengen tau cover-nya? Seperti ini!


Image result for princess kocak

Sudah dulu, ya! Ngantuk nih...
Wassalamu'alaikum!! Harus comment di Disqus atau di Cbox lho!

3 komentar:

Komentar yang baik
Jangan berkata kasar